Yogyakarta, (nusantaraindonesia.id),- Kasus antraks kembali menghantui DIY, bahkan telah merenggut nyawa dan puluhan warga lainnya dinyatakan suspek di Gunungkidul. Mengetahui kondisi tersebut, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta pengawasan lalu lintas perdagangan hewan ternak lebih diperketat guna meminimalisir penyebaran atau penularan antraks.
“Kami kan tidak mungkin menutup lalu lintas hewan, mosok lewat ora oleh (masa hanya lewat tidak boleh), meh ngedol barang ora oleh (mau menjual barang tidak boleh) jadi ya tergantung pengawasannya. Karena lalu lintasnya memang lewat situ,” ujarnya di Kompleks Kepatihan, Rabu (05/07).
Sri Sultan mengatakan lalu lintas hewan ternak tergolong tinggi di DIY, termasuk di Gunungkidul selama ini. Beliau pun berharap pengawasan lalu lintas hewan di daerah lainnya juga dapat diperketat, sehingga hewan yang melalui DIY dapat dijaga keamanannya.
“Lalu lintasnya tinggi, sekarang tergantung daerah lain juga, bagaimana mengantisipasi antraks itu merupakan sesuatu yang penting. Jika perdagangan ternak seperti ini tidak ketat, antraks ya pasti tidak pernah bisa diselesaikan dan seharusnya cara penanganannya sama,” tandasnya.
Menurut Sri Sultan, dengan pengetatan pengawasan perdagangan ternak yang ada di setiap daerah, maka dapat menghindarkan dari persebaran antraks di DIY. Hal ini berkaca pada penyebaran pengulangan kasus antraks yang pernah terjadi di DIY pada 2019 dan 2020 lalu. Dengan pengetatan pengawasan lalu lintas hewan ternak maka setidaknya mampu meminimalisasi persebaran kasus antraks di DIY.
“Jika sudah tahu antraks, namun tetap dikirimkan lalu kurang cermat. Akhirnya tidak hanya sekarang, dua tahun lalu juga begitu,” imbuhnya.
Raja Keraton Yogyakarta tersebut pun sangat menyayangkan munculnya kasus antraks di Gunungkidul yang terjadi sejak Juni 2023. Sri Sultan memahami masyarakat menyayangkan hewan yang dipeliharanya mati secara tiba-tiba. Meski begitu, masyarakat perlu waspada terhadap penyakit yang mungkin ada dalam hewan ternaknya tersebut. Kejadian di Gunungkidul dapat menjadi penyebab persebaran antraks di DIY.
"Sudah tahu antraks ya dimakan bersama, eman-eman (sayang) kalau terus dipendam. Ini kan masalah, mungkin literasinya jalan, tapi mungkin kurang teliti memeriksa jadi sulit. Hal ini selalu terulang, malah korban makin banyak,” katanya.
Sri Sultan sekaligus berharap masyarakat dapat menguburkan hewan yang mati secara tiba-tiba bukan malah mengonsumsinya. Kasus antraks yang muncul di Gunungkidul karena hewan ternaknya mati kemudian disembelih dan dimakan bersama.
Kasus ini terus berulang karena masyarakat sendiri menyepelekannya. Seharusnya masyarakat langsung menguburkan hewan ternaknya jika mati tiba-tiba. Selain itu, Pemkab Gunungkidul sendiri,khususnya para petugas pos lalu lintas perdagangan ternak harus lebih tegas pengawasan.
“Pos lalu lintas hewan ternak yang ada di tiap daerah perbatasan dapat diperketat. Sekarang bagaimana petugas itu lebih teliti, kalau kurang tenaga ya ditambah, kalau cukup ya kalau mengawasi tidak sekadar mengawasi, tetapi diperiksa betul sapi yang lewat," ucap Gubernur DIY.
Sri Sultan justru mengkhawatirkan masyarakat yang memang mengetahui hewan peliharaannya mengalami gejala antraks, namun tetap menjualnya agar kerugian yang dialami tidak terlalu tinggi. Dalam jual beli hewan, Sri Sultan meminta masyarakat juga perlu waspada terhadap harga hewan yang cenderung lebih murah daripada harga pasar.
Untuk itu, maka pengawasannya harus ketat dan tidak lantas menganggap semua hewan ternak pasti sehat. Melihat masih terjadinya masyarakat yang terpapar antraks karena memakan hewan yang mati tiba-tiba, Sri Sultan meminta OPD terkait dapat menggencarkan literasi kembali kepada publik.
“Saya khawatirkan mereka tahu jika sapi itu kena antraks, daripada mati rugi maka lebih baik dijual. Biarpun harganya lebih murah. Sekarang tanya saja, harga yang kena antraks itu sama dengan harga pasaran atau lebih murah. Kalau dijual lebih murah, berarti penjualnya sudah tahu kalau sapi itu terkena antraks. Semisal harga jual dipasaran Rp20 juta hingga Rp30 juta, tapi hanya dijual Rp15 juta. Hal seperti itu yang sulit bahkan tidak bisa antisipasi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Sri Sultan meminta selain memeriksa hewan ternak, petugas juga harus lebih tegas dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait tindak lanjut penanganan yang harus dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan terhadap hewan ternak yang terjangkit antraks. Demikian pula pemahaman mengenai gejala penyakit antraks pada hewan ternak, bagaimana penularan dan bahaya penyakit antraks pada manusia, serta cara mengobatinya.
“Pengalaman di Gunungkidul, sudah tahu antraks ya dimakan bersama. Masyarakatnya begitu ya pemerintah daerahnya yang harus lebih tegas lagi gitu. Bagaimana pemeriksaan hewan yang lewat itu juga lebih teliti, tapi juga kalau ada antraks yang ada di situ ya memang pengertian disisihkan dan harus tidak dimakan terus dikubur itu sesuatu yang jadi penting gitu,” paparnya.
Petugas pos harus mampu memberikan berbagai pemahaman tersebut demi menumbuhkan kesadaran yang lebih baik pada masyarakat. “Itu yang perlu seni tersendiri dari petugas untuk memberikan literasi yang baik kepada publik. Selama itu nggak pernah dilakukan, ya enggak pernah akan bisa selesai,” kata Sri Sultan.
Sri Sultan menegaskan agar masyarakat tidak mengkonsumsi daging dari ternak yang terjangkit antraks. Apabila mulai merasakan gejala tertular penyakit antraks, diharap segera melakukan pengobatan untuk menghindari risiko kesehatan yang lebih berat nantinya. (Red)
0Comments