INDRAMAYU, (nusantaraindonesia.id),- Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali merebak di berbagai wilayah di Indonesia sehingga meresahkan warga termasuk di Indramayu.

Baru-baru ini, seorang anak SD dari Desa Arahan, Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu terkena DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Ali maknawi yang merupakan orang tua korban menjelaskan, saat ini buah hatinya harus menjalani perawatan intensif di RS Mitra Plumbon Widasari, Indramayu, bersama sejumlah anak lainnya yang juga terjangkit DBD.

Ali juga mengungkapkan keprihatinannya atas kembali maraknya kasus DBD di wilayahnya.

“Anak saya yang masih duduk di bangku SD terjangkit virus DBD. Kami meminta kepada pihak terkait untuk segera mengambil langkah konkret dengan melakukan pencegahan, termasuk fogging,” ujarnya dengan nada penuh harap, Minggu (21/7/2024).

Menyikapi hal tersebut, Bupati Indramayu Nina Agustina melalui Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Indramayu, dr. Wawan Ridwan mengatakan, semua orang dapat memiliki risiko untuk terjangkit DBD termasuk anak-anak.

Hal tersebut dikarenakan dikarenakan daya tahan tubuh anak masih belum sekuat orang dewasa dan anak-anak cenderung sering berada di dalam ruangan.

Selain itu, kerentanan anak-anak terkena DBD juga diakibatkan oleh faktor lingkungan yang dekat dengan populasi nyamuk, yang mana waktu aktif nyamuk juga bersamaan dengan jadwal aktivitas anak-anak pada umumnya, yaitu pada siang hari dengan puncaknya pukul 08.00–13.00 serta 15.00–17.00.

Dalam rangka menekan angka kejadian DBD pada anak sekolah, Dinkes akan melaksanakan edukasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan fogging di sekolah-sekolah terutama SD dan SMP dan pelaksanaannya akan dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

“Kami akan melakukan langkah untuk menekan kasus DBD, untuk di lingkungan pendidikan kami juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan kebudayaan,” jelasnya.

Dr. Wawan juga menjelaskan peningkatan kasus DBD yang terjadi sejak Januari dan diperkirakan dapat terjadi sepanjang tahun diduga berhubungan dengan perubahan iklim.

“Penyakit DBD adalah penyakit tahunan yang biasanya dipicu pergantian musim dari kemarau ke hujan. Namun, untuk tahun 2024, karena pengaruh El Nino, DBD terjadi sejak awal tahun dan diperkirakan bisa terjadi sepanjang tahun,” tambahnya.

Untuk mencegah meluasnya wabah DBD, dr. Wawan menghimbau masyarakat untuk melaksanakan PSN dengan 3M Plus (Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang plus menghindari gigitan nyamuk).

“Dinas Kesehatan juga memberikan edukasi tentang bahaya DBD dan upaya pencegahannya serta melakukan penyemprotan insektisida pembunuh nyamuk atau fogging,” tuturnya.

Meskipun demikian, dr. Wawan mengingatkan bahwa fogging adalah pilihan terakhir karena dampak lingkungannya dan efektivitasnya yang hanya bertahan selama dua minggu.

“Kami mengimbau masyarakat untuk melakukan PSN dan menerapkan program Juru Pemantau Jentik Nyamuk (Jumantik), yaitu setiap rumah memiliki satu orang pemantau jentik di rumahnya masing-masing,” pungkasnya. (Tarudi)