INDRAMAYU, (nusantaraindonesia.id),- Proyek Rekontruksi di Wilayah Karangampel tepatnya di Jalan Pringgacala - Tanjakan yang didanai APBD Kabupaten Indramayu Tahun Anggaran 2024 sebesar Rp2.139.613.000 (Dua miliar seratus tiga puluh sembilan juta enam ratus tiga belas ribu rupiah) yang dikerjakan oleh CV Rakha Wijaya, terus menjadi sorotan publik.

Pasalnya, pembangunan jalan yang menelan anggaran miliaran rupiah dan telah rampung dikerjakan itu, diduga mengabaikan kualitas beton yang sudah dicor.

Sejumlah warga menuturkan, bahwa beton yang telah dicor itu dibiarkan begitu saja tanpa dilakukan penutupan beton dengan geotextile(geotek).

"(Beton) ditutup paling sekitar 100 meteran, itu juga hanya dua hari saja setelah itu digulung lagi. Salah, seharusnya ditutupi semua terus disiram," ujar Das bersama warga lainnya Andi. Selasa, (20/08/2024).

Warga lainnya juga mengungkapkan, keretakan panjang pada beton juga sudah terjadi saat baru tiga hari pelaksanaan pengecoran.

"Pekerjaan belum selesai, (beton yang telah dicor) itu sudah pecah merapat," ujar Jum.


nusantaraindonesia.id juga telah melakukan pengecekan langsung sejak Jumat, (16/08/2024). Beton yang sudah dicor pada pondasi jalan itu, dibiarkan begitu saja tanpa curing beton atau perawatan beton dengan cara menutup beton yang telah dicor itu dengan geotextile (geotek).

Beton yang sudah dicor pada pondasi jalan itu, dibiarkan mengering langsung di bawah terik matahari. Padahal, agar mutu beton itu terjaga dengan baik, seharusnya beton ditutup atau diselimuti dengan geotextile saat setelah pengecoran.

Hal itu akan membantu memaksimalkan proses hidrasi atau berkurangnya kandungan air dalam beton agar tidak menurunkan kualitas kekerasan beton saat kering.

Karena curing beton atau perawatan beton adalah tahapan yang penting dalam proses pembuatan beton. Curing dilakukan untuk menjaga kelembapan dan temperatur agar diperoleh kepadatan yang sempurna.


nusantaraindonesia.id juga melakukan pengukuran ketebalan beton pada Kamis, (22/08/2024). Alhasil, Tinggi coran hanya 19 centimeter dari bekisting ukuran 20 centimeter.

Tidak hanya itu saja, di sepanjang jalan yang telah dicor oleh CV. Rakha Wijaya itu, beton coran banyak terjadi keretakan panjang hampir sekitar kurang lebih di 20 titik.

Hal itu terjadi diduga selain karena vibrator molen yang tidak digunakan saat pengecoran juga karena tidak dilakukan perawatan beton dengan membiarkan mengering tanpa diselimuti geotextile saat setelah pengecoran.

Pembantu Pengawas DPUPR Kabupaten Indramayu, Edi saat dikonfirmasi pada malam finishing pengecoran, memastikan (anggaran) akan dipotong jika memang nantinya geotek itu tidak dipasang.

"Makai (Geotek). Nanti pokoknya kalau nggak dipasang juga dipotong, jadi kita mah tidak diam, tenang aja," ujarnya Selasa (13/08/2024) malam.

Ia juga mengaku sering debat dengan pemborong terkait dengan volume ketinggian yang diclaim pemborong sesuai.

"Kalau misalkan bekisting 20 centimeter, gak pakai itu (geotek) nyusut. Makanya saya sering debat sama pemborong. Ya benar sesuai tapi saya dikenyataannya. Coring di mana saja sebenarnya mah ketemu kalau misal sesuai. Ternyata buktinya (penyusutan), kan itu rugi. Geotek juga kalau penyiramannya telat, rugi. Sekarang cuaca lagi panas, nyusutnya kencang." Pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, Rekontruksi Jalan Pringgacala - Tanjakan Diduga Tidak Sesuai Spek. Selain dugaan pada pengurangan pemasangan besi dowel, pemadatan beton saat dituangkan dan cutting beton juga diduga dilakukan secara manual tanpa menggunakan mesin vibrator dalam memadatkan maupun mesin cutting beton. (Red)